Banyak sekali yang harus dipersiapkan untuk acara pernikahan, mulai dari gedung hingga perintilan souvenir pernikahan. Tetapi yang lebih penting atau menjadi dasar pilihan-pilihan itu semua adalah kesepakatan akan seperti apa acara pernikahan ini nanti.
Mungkin ini bisa menjadi sedikit intro…Sebagai asli Kalimantan, keluarga saya merupakan rantauan di Kota Bandung. Begitu pula dengan keluarga inti, dua kakak saya bekerja di luar negeri. Sementara pihak Calon Pengantin Pria (CPP / sekarang adalah suami), keluarga besar dan intinya masih berada di Tanah Sumatera.
Kami memutuskan memilih Kota Bandung sebagai tempat akad dan resepsi karena di sinilah kawan-kawan kuliah serta kerja kami berada. Kami pastikan bahwa acara yang akan kami buat adalah acara untuk teman-teman kami dari kami berdua. Bukan acara dari orang tua.
Ini agak sedikit berbeda, karena pada beberapa adat istiadat, acara pernikahan memang jelas merupakan acara pihak wanita atau CPW, sehingga acara wajib dilaksanakan di rumah atau asal Si Wanita. Untungnya, keluarga saya sudah sejak lama tidak terikat dengan adat istiadat seperti itu. Bahasa kerennya adalah lebih modern atau terbuka.
Lantas jika ini disepakati sebagai ‘acara kami’, siapa yang akan mengeluarkan uang untuk acara ini?
Sejak awal atau sebelum merundingkan ini dengan keluarga masing-masing (di mana biasanya pasti banyak pertimbangan kewajaran bahkan adat istiadat), saya dan calon suami (waktu itu masih calon) sudah membahas lebih dulu. Kami sepakati biayanya keluar dari kantong pribadi kami berdua, pembagiannya juga sesuai kesepakatan. Selain itu perhitungan ini juga terlepas dari berapa nantinya bantuan yang diberikan masing-masing orang tua pengantin karena sifatnya tidak pasti. Agak nekat memang, tapi Bismillah untuk segala niatan yang baik.
Jadi, jika ada yang bertanya ‘berapa biaya menikah yang kami keluarkan?’ Maka saya akan menjawab, ‘tergantung bagaimana kamu akan menikah’ atau ‘seberapa besar tabungan atau biaya yang dipersiapkan’. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan saat mempersiapkan pernikahan, yaitu:
1. Komunikasi
Begitulah, semua harus dikomunikasikan dengan jelas oleh kedua calon pengantin, bahkan sebelum di bawa ke diskusi keluarga. Ini berlaku mau di mana acara dilaksanakan (keluarga CPP atau CPW), siapa yang akan mengheluarkan biaya lebih besar atau hal lainnya. Biasanya sih, tiap anak tentu saja sudah diberi ancang-ancang oleh keluarganya masing-masing terkait biaya untuk mereka menikah.
Membicarakan isu biaya menikah ini agak sensitif, apalagi tiap pasangan dilahirkan dan dibesarkan dengan cara atau adat yang berbeda. Wajib fardu’ain membahasnya sedetail mungkin agar tidak ada salah paham saat mengurus hal ini itu di tengah jalan. Beberapa kali saya membaca artikel, terkadang pernikahan bisa menjadi gagal karena hal-hal sepele yang hanya butuh dikomunikasikan saja.
2. Hitung tabungan dan biaya yang dibutuhkan
Tentukan tabungan yang akan dikeluarkan, lalu keluarlah nominal angka yang tersedia untuk mengurus setiap detail acara. Usahakan tabungan tetap mengikuti kebutuhan, sehingga tidak lantas meminjam atau menggadaikan ini itu agar semua terpenuhi sesuai ego atau gengsi.
3. Biaya Tak Terduga
Nah, catatan tambahannya adalah jangan lupa memperhitungkan biaya tak terdua saat-saat menjelang hari H. Selisihnya bisa naik 30% – 50%. Jadi perhitungannya seperti ini, jika tabungan atau biaya yang kita persiapkan nilainya Rp. 100 juta, maka amannya biaya nikah yang siap kamu keluarkan untuk sewa vendor semuanya adalah Rp. 70juta. Simpan Rp. 30 jutanya untuk kebutuhan tak terduga (apa saja yang tak terduga itu, mungkin akan saya bahas di tulisan yang akan datang hahahaa).
4. Jangan lupa kebutuhan lainnya
Apasih kebutuhan lain itu? Hayo jangan lupa, beres nikah mau tinggal di mana? Di Pondok Indah Mertua atau kontrakan sendiri meskipun kecil? Sebenarnya hal ini sih bebas atau pilihan masing-masing.
Nah, kalau pilihan kamu adalah kontrakan, jangan lupa diperhitungkan tabungan kamu untuk kontrak rumah. Misalnya biaya kontrakan rumah Rp.20 juta / tahun, maka itu artinya, biaya nikah dari tabungan atau yang dipersiapkan sebisa mungkin sudah dikurangi dengan biaya kontrak rumah tersebut atau sekitar Rp. 80 juta (include biaya tak terduga tadi).
5. Persiapan Matang dan Cepat
Seperti yang saya sudah paparkan di tulisan sebelumnya, tidak mudah untuk mempersiapkan pernikahan dengan waktu terbatas. Biasanya, empat bahkan tiga bulan sebelum tanggal adalah waktu di mana vendor-vendor murah meriah bagus sudah banyak di-tag oleh pasangan pengantin lain. Ingat, setiap minggunya ada banyak pasangan yang menikah. Bukan hanya kamu. Heheehe. Jadi carilah vendor lebih jeli. Segeralah stalking atau follow akun-akun vendor di Instagram karena dari sana kita banyak tahu vendor lainnya yang kadang tidak kalah bagus. Khusus vendor akan saya tulis di tulisan selanjutnya yah…
Semoga sedikit bisa mencerahkan kalian yang saat ini mulai pening mikirin biaya menikah. Ingat, menikah itu murah. Hanya Rp. 600.000 di KUA setiap hari kerja. Selebihnya, yang mahal adalah gengsinya. Heheeehe. Oh ya, jangan pernah mengkategorikan mahal dan murah karena itu semua relatif…!