Dua bulan terakhir ini saya cukup kecanduan dengan mengikuti pengajian di masjid. Awalnya memang tidak sengaja karena diajak seorang kawan. Penasaran kenapa masjid itu bisa penuh sebegitunya dan jadi tahu rupanya beberapa materi yang disampaikan memang cukup menyasar anak muda, lalu menarik karena ustadznya lucu. Paling tidak untuk hari-hari tertentu. Akhirnya, saya mulai menjadikan kebiasaan mengaji di masjid ini sebagai sesuatu yang tidak ada salahnya untuk dirutinkan. Selain memang materi dan ustadz yang bagus, saya anggap ini penyeimbang hidup. Ya, hidup bukan hanya perihal berangkat kerja ke kantor, nonton drama Korea di rumah, atau main saat weekend datang. Ada sisi kerohanian dalam hidup kita yang harus tetap kita isi (tidak boleh kosong). Cie….
Ustadz yang saya ikuti setiap Rabu malampun, saya pastikan memberi bahan pencerahan rohani yang baik atau sesuai dengan yang saya butuhkan. Iya, saya hanya datang sekali dalam seminggu meskipun seharusnya tiga kali seminggu. Skeptis sejak dalam pikiran membuat saya menjadi pemilih bahkan untuk urusan mengaji dan ustadz. Kebetulan, ustadznya memang berbeda tergantung hari. Dan yah itu tadi, saya hanya tertarik dengan pengajian di hari Rabu sampai akhirnya jarang sekali absen kecuali hujan deras atau mager maksimal buat keluar dari kantor. Ahahaaha.
Begitu setiap minggunya, datang, sholat, mendengarkan kajian, dan pulang. Sendirian! Iya, agak berbeda dengan akhwat atau cewe-cewe lainnya yang biasa datang bersama temannya masing-masing, dari awal ikut sampe sekarang, saya hanya sendirian. Selain belum berkesempatan mengajak kawan terdekat sendiri untuk datang ngaji bareng, saya juga orang yang tidak tertarik untuk kenal lebih jauh dengan orang-orang baru atau akhwat-akhwat lainnya yang saya temui di sana [aku mah orangnya sombong]. Hehee, kalaupun terpaksa situasi kondisi membuat saya berkenalan dengan mereka lainnya yang juga duduk di dekat saya, yah perkenalannya hanya sampai di sana saja. Kami tidak sampai bertukar nomor handphone untuk janjian duduk bareng di kajian minggu selanjutnya.
Begitulah saya yang pura-pura jadi anak masjid ini. Seperti halnya belajar di kampus, saya lebih memilih menjadi kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Kalaupun suka mengobrol saat mau pulang atau beres kajian, saya justru mengobrol dengan beberapa kawan lelaki yang memang sudah kenal lebih dulu sebelum rutin ke masjid atau di luar rutinitas masjid tersebut dan sedang sama-samanya gemar ke masjid.
Beberapa hari yang lalu, seorang sahabat yang suka saya racun untuk ikut ke pengajian ini akhirnya mau mencoba datang. Sayangnya, dia mengagendakan dirinya ke kajian akhir pekan (berbeda dengan hari saya mengaji) dengan alasan tidak masalah pulang malam saat weekend karena besoknya akan libur. Maklum, anak rumahan yang punya jam malam.
Jadilah Sabtu kemarin, dia mengumpulkan niat sepenuh hati untuk ngaji ke masjid dan tanpa saya. Saya memang tidak mengambil agenda kajian di akhir pekan dikarenakan ada agenda rutin lainnya.
Siangnya, dia bertanya pada saya, katanya kurang pede karena hanya memakai celana jeans dan kaos. Sebagainya yang biasa mengaji dengan setelan ala kadarnya yang juga sudah pasti hanya celana jeans, spontan saya jawab, ‘Gak masalah sama penampilan. Santai ajah. Toh niatnya juga memang cuma ngaji, bukan ngegaul atau ke pesta”.
Memang masalah pakaian ini bisa bikin pusing kalau mau diseriusin. Ahahahha, kalau mau melihat penampilan cewe-cewe yang datang ke mesjid tersebut, jujur akhirnya bikin mikir panjang karena cewe pake jeans kaya saya bakalan kebanting habis-habisan. “Orang semua ngaji pake baju gamis panjang, ko kamu pake jeans sama kaos doank?” Bahkan mama saya pernah negur seperti itu sanking malesnya ngeliat penampilan saya yang cuek setiap Rabu atau jadwal ngaji.
Biasanya saya hanya tersenyum. Sejak kapan ke masjid jadi diatur-atur dan kudu pake dress code? Dipikir-pikir juga emang salahnya di mana ke masjid pake jeans dan kaos? Sah-sah ajah mau pake baju apa ajah, yang penting niatnya baik alias cari ilmu kan…? [iyain ajah biar cepet]. Toh, yang pakaiannya serba panjang kaya yang lain juga, belum tentu lebih baik dari saya. #ehgimana? Ahahah.,
Kalau mau diperhatikan, emang suka lucu juga sih… Giliran yang pake setelan baju biasa kaya saya ini lewat atau keluar masuk kajian di masjid, beberapa ada yang merhatiin kaya aneh gitu. Apalagi kalo jaket yang saya pakai adalah jaket Aikido. -__-
Sementara, kalo diperhatiin juga, lah mereka yang hijabnya maksimal (maksimal tertutup dan gaulnya) ini juga terlihat biasa ajah dan gak syar’i-syar’i banget gitu. Beberapa sibuk bergosip atau ngobrol dan ketawa cekikikan. Beberapa sibuk bersolek atau dandan. Apalagi saat mau pulang atau beres ngaji. Pada sibuk dandan sama alat make up masing-masing. Lah… Kalo gitu gak ada bedanya sama saya dan temen-temen pas lagi ngumpul-ngumpul gitu. Bedanya, mbak-mbak yang pakaiannya serba panjang ini ngobrol dan ngegaulnya di masjid. Kalau saya sih, seringnya di kafe-kafe yang makanan dan minumannya murah tapi Wifinya kenceng. Hahahha. Selain itu, saya dan temen-temen juga gak sampe pake acara dandan di tempat gitu loh kalau pas lagi kumpul-kumpul. Hahahha. Tapi mungkin, yang diobrolin juga beda sih. Pasti mereka lagi ngobrolin sahabat Rasulullah. Bukan kaya saya yang ngobrolin orang lain alias bergunjing atau paling hebat juga diskusi ala-ala idalis yang sibuk mikirin negara. #eh hahhaha.
Pikiran-pikiran jelek kaya gini, kalau mau diseriusin kira-kira bisa ngurangin pahala ngaji datang ke masjid gak yah? Ahahha.
Kemarin, kawan saya yang akhirnya ikut ngaji tersebut, juga cerita kalau dia sempat gak sengaja dengar beberapa akhwat di dekatnya mengobrol. Intinya, kawan saya dengar kalau para akhwat atau mbak-mbak ini ngaji di mana ajah sesuai undangan alias gak peduli ustadz atau materi yang mau disampaikan. Kalau jadwalnya mau ngaji siang jam 1, biasanya mereka janjian lebih pagi karena harus dandan terlebih dahulu. Ahahhaa. Denger cerita-cerita macam begini, sebenarnya gak kaget sih karena emang udah paham. Akhirnya, saya cuma bisa ngakak-ngakak doank waktu denger si kawan ini cerita dengan dongkolnya.
“Mereka ini mau ngaji ko pada sibuk dandan dulu yah?” Kata kawan saya polos.
“Kan dari awal udah dikasih tahu, gak usah kaget dan peduliin apa yang ada di sekitar. Hahha, fokus ngaji ajah,” begitu jawab saya sok bijak.
Seperti biasa, lalu kami keketawaan sendiri.
Setelah dipikir-pikir lagi, ya memang ini lumayan lucu. Kadang suka gak habis pikir sama yang beginian. Ketika orang atau anak muda ramai-ramai berbondong-bondong ke masjid, rupanya masjid memang sudah menjadi ranah gaul yang moderen di era seperti sekarang. Entahlah apa niat sebenarnya, tidak ada hak juga untuk menghakimi hal-hal seperti ini. Meski, heheee masih lucu ajah kalau dipikir-pikir.
Apapun dan siapapun, semoga niatnya masih sama-sama lurus deh, paling gak ini jadi pengingat ke diri sendiri. 🙂